Nama : Ihsan Burhnudin
Npm : 10120532
Kelas : G1 Manajemen
Matkul : Pengantar Manajemen
TOKOH PEMIMPIN DI INDONESIA
1. Presiden Soekarno
Sosok presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno adalah bapak proklamator,
seorang orator ulung yang bisa membangkitkan semangat nasionalisme rakyat Indonesia.
Beliau memiliki gaya kepemimpinan yang sangat populis, memiliki emosional yang
meledakledak. Namun tidak jarang lembut dan menyukai keindahan. Bahkan dalam sebuah
momen, ia begitu menyayangi anak-anak yang tengah mengunjungi Istana Merdeka. Tak segan
ia menemani mereka berkeliling dan berinteraksi berbalut keriangan.
Sang proklamator membawa gaya kepemimpinan yang berorientasi pada moral dan etika
ideologi yang mendasari negara atau partai. Sehingga sangat konsisten dan fanatik, cocok
diterapkan pada era tersebut. Sifat kepemimpinan yang juga menonjol dari Ir. Soekarno adalah
percaya diri yang kuat, penuh daya tarik, penuh inisiatif dan inovatif. Sosok yang memiliki
nama lahir Koesno Sosrodihardjo tersebut, juga kaya akan ide dan gagasan baru. Sehingga pada
puncak kepemimpinannya, pernah menjadi panutan dan sumber inspirasi pergerakan
kemerdekaan dari bangsa lain di Asia dan Afrika. Ia juga menguatkan pergerakan melepas
ketergantungan dari negara-negara Barat (Amerika dan Eropa).
Ir. Soekarno adalah pemimpin kharismatik, memiliki semangat pantang menyerah, rela
berkorban demi persatuan dan kesatuan, serta kemerdekaan bangsanya. Namun berdasarkan
perjalanan sejarah kepemimpinannya, ciri kepemimpinan yang demikian ternyata mengarah
pada figur sentral dan kultus individu. Menjelang akhir kepemimpinannya, terjadi tindakan
politik yang sangat bertentangan dengan UUD 1945, yaitu mengangkat Ketua MPR (S) juga.
2. Presiden Soeharto
Di tahun-tahun pemerintahan Soeharto diwarnai dengan praktik otoritarian. Di mana
tentara memiliki peran dominan di dalamnya. Kebijakan dwi fungsi ABRI memberikan
kesempatan kepada militer untuk berperan di bidang politik. Di samping perannya sebagai alat
pertahanan negara. Demokrasi telah ditindas selama hampir lebih dari 30 tahun, dengan
mengatasnamakan kepentingan keamanan dalam negeri, dengan cara pembatasan jumlah partai
politik, penerapan sensor dan penahanan lawan-lawan politik.
Di era kepemimpinan Soeharto, sejumlah besar kursi pada dua lembaga perwakilan
rakyat di Indonesia diberikan kepada militer, dan semua tantara. Kebijakan unik lainnya adalah
semua pegawai negeri hanya dapat memberikan suara kepada satu partai penguasa yaitu
Golkar.
Mantan Presiden Soeharto memiliki gaya kepemimpinan otoriter, dominan, dan
sentralistis. Ia pun memiliki masa kekuasaan terlama di Indonesia, yaitu 32 tahun. Selama itu
pula, praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, tumbuh subur di negeri ini. Hingga akhirnya ia
jatuh di tangan pergerakan reformasi.
3. B.J. Habibie
Pria kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan tersebut, menjadi presiden bukan karena
keinginannya. Hanya karena kondisi, sehingga naik tahta menjadi presiden. Sosok yang cerdas,
tapi terlalu lugu dalam politik.
Gaya kepemimpinan Presiden B.J. Habibie adalah gaya kepemimpinan
DedikatifFasilitatif, merupakan sendi dan Kepemimpinan Demokratik. Pada masa
pemerintahan B.J. Habibie, kebebasan pers dibuka lebar-lebar. Sehingga melahirkan
demokratisasi yang lebih besar. Pada saat itu pula peraturan perundang-undangan banyak
dibuat. Pertumbuhan ekonomi cukup tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Habibie
sangat terbuka dalam berbicara. Tetapi tidak pandai dalam mendengar. Akrab dalam bergaul,
tetapi tidak jarang eksplosif. Sangat detailis, suka uji coba tetapi kurang tekun dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan.
Gaya komunikasinya penuh spontanitas, meletup-letup, cepat bereaksi, tanpa mau
memikirkan resikonya. Tatkala Habibie dalam situasi penuh emosional, ia cenderung bertindak
atau mengambil keputusan secara cepat. Seolah ia kehilangan kesabaran untuk menurunkan
amarahnya.
Bertindak cepat, rupanya, salah satu solusi untuk menurunkan tensinya. Karakteristik
tersebut diilustrasikan dengan kisah lepasnya Timor Timur dari Indonesia. Habibie
digambarkan sebagai pribadi yang terbuka, namun terkesan mau menang sendiri dalam
berwacana dan alergi terhadap kritik.
Gaya kepemimpinan B.J. Habibie mengandung unsur-unsur kepemimpinan bisnis
modern: di situlah ia dibesarkan. Namun jelas terlihat juga unsur-unsur ke-Indonesiaannya.
Tidak salah lagi, dengan segala kekuasaannya dalam dunia bisnis internasional modern, ia tetap
putera bangsa dan negaranya. Perpaduan antara ke-Islamannya, nasionalismenya,
kedaerahannya, ilmu dan teknologi serta internasionalnya, kemudian kelugasan bisnisnya,
menjadikan BJ Habibie sebagai bagian dari Indonesia modern.
4. Abdurahman Wahid
Seorang kiai yang sangat liberal dalam pemikirannya, penuh dengan ide, tidak disiplin,
dan berkepemimpinan ala LSM. Gaya kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid adalah
gaya kepemimpinan Responsif-Akomodatif, yang berusaha untuk mengagregasikan semua
kepentingan yang beraneka ragam. Harapannya dapat menjadi satu kesepakatan atau keputusan
yang memiliki keabsahan.
Pola dari gaya kepemimpinan Gus Dur cenderung yang informal. Mungkin hal tersebut
tidak lepas dari latar belakang Gus Dur sebagai kiai dan juga sebalumnya aktif di LSM.
Sehingga pola kepemimpinannya tidak terlalu formal.
5. Megawati Soekarno Putri
Gaya kepemimpinan megawati yang anti kekerasan tepat sekali untuk menghadapi situasi
bangsa yang sedang memanas. Megawati lebih menonjolkan kepemimpinan dalam budaya
ketimuran. Ia cukup lama menimbang-nimbang suatu keputusan yang akan diambilnya. Tetapi
begitu keputusan itu diambil, tidak akan berubah lagi. Gaya kepemimpinan seperti itu bukanlah
suatu kelemahan.
6. Susilo Bambang Yudhono
.Presiden SBY mempunyai tipe kepemimpinan yang lebih dari satu seperti gaya
kepemimpinan karismatik, militer, juga tipe sopportif, partisifatif, instrumental dan yang
lainnya. Kesemuanya ia sesuaikan dengan situsi, dan perkembangan zaman yang ada. Intinya
mengharapkan agar wilayah yang dipimpinnya tersebut dapat tercipta suasana yang aman,
tentram dan damai.
7. Joko Widodo
Karakter kepemimpinan yang diterapkan oleh Jokowi cenderung mengarah kepada gaya
kepemimpinan yang melayani. Robert Kiefner Greenleaf (1904-1990) menyatakan bahwa
mengutamakan pelayanan kepada masyarakat merupakan kerangka kerja yang teoretis sebagai
motivasi kunci seorang pemimpin.
Selain itu, dalam sebuah pidato di Maret lalu, wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf
Kalla menilai di antara para kepala negara, kepemimpinan Jokowi paling pas untuk
pemerintahan mendatang. Jokowi dianggapnya mampu menunjukan kepemimpinan yang
demokratis dan tanpa nepotisme. Jokowi selalu ingin mendapat pandangan dari sekjen, atau
dirjen dari kementerian. Menurut JK, ini ciri orang yang ingin benar-benar mengkaji atau
mendapat pandangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar